PARALAYANG INDONESIA, PERJALANAN DARI MASA KE MASA
Pada tahun 1988, seorang fotografer asal Perancis mengirimkan sebuah Parasut Paralayang ke Lody Korua, sebagai imbal jasa ditemaninya Tim Ekspedisi Perancis ke Pulau Seram. Setelah sekian lama tersimpan, parasut ini dipinjamkan kepada (alm) Dudy Arief Wahyudi, untuk selanjutnya dibawa ke Yogyakarta.
Berbekal parasut ini, maka (alm) Dudy dan Gendon Subandono, mencobanya secara otodidak, dengan mempelajari buku manual yang ada, dan inilah perkembangan olahraga Paralayang di Indonesia. Parasut tipe Drakkar Everest ini pun menjadi parasut pertama yang kemudian dipergunakan untuk belajar banyak orang.
Di awal perkembangannya, olahraga paralayang dikenal dengan sebutan olahraga terjun gunung. Kelompok Terjun Gunung Merapi yang didirikan di Yogyakarta menjadi salah satu penanda hadirnya komunitas olahraga dirgantara ini. Ada pula, turis asal Perancis lainnya, Bernard Fode (alm) yang akhirnya menetap di Bali, pada tahun 1990, dan memulai kegiatan terbang Paralayang di Pantai Timbis, Bali.
Pada kurun waktu berikutnya, mulai hadir para penggiat yang mewarnai olahraga ini. Pada tahun 1992 ini tercatat tak lebih dari 5 parasut yang ada di Indonesia. Lokasi yang dipakai untuk kegiatan Paralayang saat itu adalah Puncak, Bukit Sentul, Lido (Jawa Barat), Pantai Parangtritis (Yogyakarta) dan Timbis (Bali).

Dari Terjun Gunung ke Paralayang
Salah satu momentum penting perkembangan olahraga dirgantara ini adalah digaungkannya istilah baru Paralayang untuk menggantikan istilah terjun gunung. Peresmian nama ini dilakukan pada saat Eksebisi Gantolle dan Terjun Gunung di Gunung Haruman Garut pada tanggal 22 dan 23 Mei 1993. Pada akhir tahun 1993 terlahir pula PPI (Persatuan Paralayang Indonesia) sebagai organisasi pertama olahraga paralayang di Indonesia.
Pada awal tahun 1994, olahraga paralayang menjadi olahraga binaan FASI saat Rakernas di Lembang Bandung di bawah Pusat Gantolle Indonesia (PGI). Hertriono Kartowisastro yang sudah menjadi penggiat FASI sebelumnya menjadi salah satu pendorongnya. Pada awal tahun ini pula terselenggara kejuaraan ketepatan mendarat paralayang pertama kali di Puncak Bogor. Pada tahun 1995, kejuaraan nasional paralayang pertama dilaksanakan di Wonogiri dan Kemuning dengan peserta nasional sekitar 20 orang.
Pada tahun 1996 akhirnya paralayang resmi menjadi bagian dari FASI. Organisasi PGI dirubah namanya menjadi Pusat Layang Gantung Indonesia (PLGI) pada munas FASI di Lembang. Paralayang resmi menjadi salah satu cabang olahraga yang sejajar dengan olahraga Gantolle. Dengan adanya pengakuan FASI ini, maka Paralayang menjadi lebih mudah berkembang di waktu-waktu berikutnya.

Paralayang Menapak Berprestasi Dunia
Kejuaraan nasional paralayang menjadi bagian penting perkembangan paralayang yang secara rutin diselenggarakan setiap tahun. Lompatan besar perkembangan paralayang terjadi ketika paralayang menjadi bagian dari PON (Pekan Olahraga Nasional) pada tahun 2000 di Batu, Malang, Jawa Timur. Banyak kegiatan internasional pun diikuti, setidaknya ada 3 kegiatan multi event yang menapakkan paralayang menjadi salah satu cabor yang akhirnya ikut mendukung prestasi dunia olahraga Indonesia.
Pada tahun 2008, Paralayang Indonesia memperoleh 7 medali emas dari 8 yang diperebutkan di Asian Beach Games (ABG), Bali. Pada tahun 2011 memperoleh 10 medali emas dari 12 medali yang diperebutkan di SEA GAMES Puncak, Bogor. Pada Asian Games tahun 2018 memperoleh 2 medali emas dari 6 yang diperebutkan. Prestasi paralayang juga terukir dari kejuaraan-kejuaraan tunggal paralayang dari kurun waktu 2010 sd 2019, beberapa atlet Paralayang Indonesia berhasil naik podium pada kejuaraan bergengsi nomor ketepatan mendarat.

Wisata Dirgantara Paralayang
Paralayang tak hanya sebagai sarana hobi atau prestasi, perkembangan terakhir yang sangat mempengaruhi dinamika olahraga ini adalah ketika paralayang menjadi salah satu wisata petualangan dirgantara yang sangat diminati banyak orang. Semakin banyaknya lokasi terbang dan berkembangnya komunitas serta meningkatnya wisata alam, paralayang mendapatkan imbas positif dari perkembangan itu.
Terkait wisata dirgantara paralayang, sebenarnya telah dimulai sejak akhir tahun 1993 ketika hadirnya parasut tandem, namun proses perkembanganya sangat perlahan hingga berkembang cepat mulai tahun 2010. Saat ini, paralayang menjadi salah satu andalan wisata petualangan Indonesia, sehingga banyak pejabat daerah yang terlibat untuk mengembangkannya. (Get/WY)
